Pemerintah Slovenia resmi mengakui Palestina sebagai negara merdeka, langkah yang diharapkan dapat mempromosikan perdamaian di Timur Tengah. Pernyataan ini disampaikan Perdana Menteri Robert Golob pada Kamis, 30 Mei 2024, yang menekankan bahwa pengakuan ini membawa pesan kuat agar permusuhan di Jalur Gaza segera berhenti. Golob berharap pengakuan ini dapat membantu menghentikan konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina, serta mendorong pembebasan sandera secepatnya. Langkah ini menjadikan Slovenia sebagai negara kesepuluh dari 27 negara anggota Uni Eropa yang mengakui kedaulatan Palestina, bergabung dengan negara-negara seperti Spanyol, Irlandia, dan Norwegia yang telah mengambil tindakan serupa.
Pengakuan dari Slovenia mendapat pujian dari berbagai organisasi internasional dan negara-negara pendukung kedaulatan Palestina. Beberapa pihak melihat ini sebagai sinyal positif yang dapat memperkuat upaya diplomatik untuk mencapai solusi damai di kawasan tersebut. Namun, langkah Slovenia ini tidak lepas dari kontroversi. Israel menyatakan kekecewaannya dan menganggap pengakuan ini dapat menghambat proses perdamaian yang sedang berlangsung. Meski demikian, Slovenia tetap berkomitmen pada prinsip-prinsip perdamaian dan dialog dalam menyelesaikan konflik ini.
Dengan pengakuan ini, Slovenia berharap dapat mendorong negara-negara lain untuk mengambil langkah serupa, memperkuat posisi Palestina di kancah internasional, dan memberikan dukungan moral serta politik yang diperlukan untuk mencapai kemerdekaan penuh.
"Kami percaya bahwa pengakuan ini adalah langkah penting menuju perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah," ujar Perdana Menteri Golob.
Langkah ini juga dianggap sebagai bagian dari upaya Slovenia untuk memainkan peran lebih aktif dalam diplomasi internasional dan memperkuat komitmennya terhadap hak asasi manusia dan keadilan global. (berbagai sumber/sekar)