LOGO-MBMEDIANET
Home Berita Sejarah dan Perkembangan Jamu

Sejarah dan Perkembangan Jamu

oleh MBMEDIANET - 20 Februari 2024 437 Tayangan
Sejarah dan Perkembangan Jamu

Budaya meramu dan minum jamu sudah ada sejak 1300 M di Nusantara, tepatnya zaman Kerajaan Mataram. Hal ini ditandai dengan banyaknya artefak cobek, ulekan, dan alat membuat jamu yang ditemukan di Yogyakarta dan Surakarta. Artefak itu di antaranya tergambar di Candi Borobudur pada relief Karmawibhangga, Candi Prambanan, dan Candi Brambang di lereng Gunung Sindoro. Jamu dipercaya berasal dari dua kata Jawa Kuno, yaitu Djampi yang bermakna penyembuhan dengan ramuan alami dan doa-doa khusus serta Oesodo yang bermakna kesehatan. Sesuai namanya, jamu digunakan masyarakat sebagai ramuan untuk menjaga kesehatan, meningkatkan stamina, serta menyembuhkan berbagai macam penyakit.


Zaman dulu perempuan lebih berperan dalam memproduksi jamu, sedangkan pria bertugas mencari bahan alami. Sebagai negeri tropis yang kaya sumber daya alam hewani dan nabati, jamu di Nusantara sangat beragam. Bahkan, tiap daerah punya jenis jamu berbeda, menyesuaikan dengan bahan baku di daerah masing-masing. Jamu menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Nusantara seperti halnya Ayurveda dari India dan Zhongyi dari Tiongkok. Umumnya, jamu menggunakan bahan dari biji, daun, ranting, dan akar seperti kunyit, temulawak, salam, lengkuas, jahe, kencur, merica, pala, cengkeh, kayu manis, dan lain-lain. Untuk menambah rasa segar dan manis biasanya ditambahkan madu, gula jawa, atau gula batu.


Seiring perkembangan, tradisi minum Jamu sempat mengalami penurunan, yaitu saat ilmu pengobatan modern masuk ke Nusantara. Kala itu, kampanye obat-obatan bersertifikat mengubah pola pikir masyarakat sehingga minat terhadap jamu menurun. Namun, pada masa penjajahan Jepang, sekitar tahun 1940-an, tradisi minum jamu kembali populer. Hal ini akibat kebijakan penguasa membentuk Komite Jamu. Perlahan namun pasti, kepercayaan terhadap jamu kembali meningkat.


Berjalannya waktu, penjualan jamu menyesuaikan dengan teknologi. Banyak jamu yang dikemas dalam bentuk pil, tablet, dan bubuk instan sehingga lebih praktis dan mudah dibawa ke mana-mana. Pada tahun 1974 hingga 1990, banyak berdiri perusahaan jamu lokal dan nasional. Pada era itu ramai diadakan pembinaan dan pemberian bantuan Pemerintah untuk mendongkrak industri jamu agar masuk kancah internasional. Saat ini, jamu masih eksis di tengah masyarakat. Kepercayaan terhadap khasiat jamu tidak luntur meski pengobatan medis terus berkembang. (berbagai sumber/gem)


Kategori :
Bagikan :