Di tengah-tengah Gaza, krisis kemanusiaan yang mendesak terjadi seiring dengan eskalasi konflik dan pengungsian massal yang meluas. Para pekerja kemanusiaan, termasuk yang berasal dari American Friends Service Committee (AFSC), mendapati diri mereka terjebak dalam pusaran konflik, terpaksa mencari perlindungan bagi diri mereka dan keluarga di tengah eskalasi kekerasan. Beberapa minggu terakhir, serangan udara Israel semakin intensif, memaksa pengungsian massal ketika selebaran menginstruksikan ratusan ribu warga Palestina untuk mengungsi dari area yang menghadapi ancaman penghancuran. Pengungsian ini membuat hampir semua penyedia bantuan kemanusiaan, seperti AFSC, beroperasi di bawah tekanan, dengan kantor dan kompleks mereka menjadi target konflik.
Tim AFSC di Gaza telah dengan gigih menyediakan bantuan penyelamatan jiwa kepada lebih dari setengah juta orang sejak Oktober, meskipun menghadapi trauma pribadi dan kehilangan. Dedikasi mereka tetap teguh di tengah kehancuran, dengan banyak dari mereka telah mengalami kehancuran rumah mereka dan kehilangan orang yang dicintai akibat serangan udara. Upaya kemanusiaan semakin terhambat oleh tindakan militer Israel, termasuk blokade yang terjadi secara intermittent di perlintasan perbatasan dan serangan terhadap konvoi bantuan. Baik perlintasan Kerem Shalom maupun perlintasan Rafah telah terdampak parah, dengan infrastruktur hancur dan akses terhambat bagi truk dan orang sama-sama.
Kondisi semakin diperparah oleh kekurangan akut pasokan penting, termasuk makanan, air, dan bantuan medis, serta bahan bakar yang diperlukan untuk operasi kemanusiaan. Penutupan perlintasan mengancam pengiriman bantuan kepada yang paling membutuhkan, mendorong Gaza semakin dalam kejurang kemanusiaan. Meskipun terdapat protes global dan seruan untuk menahan diri, konflik terus berlanjut, dengan warga sipil yang menjadi korban utama kekerasan. Hukum kemanusiaan internasional mensyaratkan perlindungan terhadap warga sipil dan fasilitasi bantuan kemanusiaan, namun prinsip-prinsip ini diabaikan di tengah pertempuran yang berkepanjangan.
Dalam momen kritis ini, pengumuman terbaru pemerintahan Biden tentang pembukaan sementara perbatasan oleh Mesir untuk pengiriman bantuan merupakan langkah yang disambut baik. Namun, upaya yang lebih bersatu diperlukan untuk memastikan akses kemanusiaan tanpa halangan dan gencatan senjata untuk mencegah kerugian lebih lanjut. Saat konflik terus berlangsung, komunitas internasional harus menegakkan prinsip-prinsip kemanusiaan dan menekan semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk memprioritaskan perlindungan terhadap warga sipil. Presiden Biden, khususnya, memiliki peran kunci dalam memanfaatkan pengaruh AS untuk mendorong tercapainya gencatan senjata dan penyaluran kembali bantuan kemanusiaan.
Pada akhirnya, urgensi situasi menuntut tindakan segera untuk mencegah bencana lebih lanjut dan mengurangi penderitaan rakyat Gaza. Dunia tidak boleh mengalihkan pandang dari tragedi yang terjadi di Gaza, dan upaya bersama diperlukan untuk mencapai penyelesaian yang cepat dan berkelanjutan terhadap krisis tersebut. (berbagai sumber/sekar)